Sunday, April 11, 2010

Kebangkitan di Mata Wiraswastawan
BANGKIT! Itulah kata yang gampang untuk diucap namun sulit untuk dilakukan.
Siang ini,tanggal 1 Juni 2008 saya bertemu dengan seorang wiraswastawan bernama Ikna,saya mencoba mewawancarainya tentang peringatan 100 Tahun kebangkitan bangsa. Inilah cuplikan wawancara saya dengan narasumber

D(Daniel) : ”Pagi pak,boleh saya mengajak bicara?
Nggak ganggu kan?”
I(Ikna) : ”Nggak kok,emangnya ada apa ya?”
D : ”Saya dari SMP 8 ingin mewawancarai anda dalam rangka 100 tahun kebangkitan bangsa.”
I : ”O,tentang itu,boleh kok.”
D : ”Menurut Pak Ikna apa sih arti 100 Tahun kebangkitan bangsa?”
I : ”Menurut saya arti 100 Tahun kebangkitan bangsa itu Bangkit dari keterpurukan,keterbelakangan serta ketergantungan.”
D : ”Berarti sekarang belum bangkit dong?”
I : ”Ya belum bangkitlah,kan masih banyak koruptor,penjahat,kemiskinan,buta huruf juga hutang-hutang kepada negara lain.
Apalagi Indonesia masih bergantung dengan impor bahan-bahan pangan serta bbm dari luar negeri.
Gimana dikatakan bangkit?!
Coba lihat direktur-direktur perusahaan besar,biasanya orang luar kan?”
D : ”Berarti tahun ini dengan tahun -tahun sebelumnya nggak ada bedanya ya?”
I : ”Menurut saya nggak ada bedanya.”
D : ”Menurut Bapak apa yang harus dilakukan Indonesia agar bisa bangkit dari keterpurukan?”
I : ”Indonesia harus meningkatkan kualitas SDM.”
D : ”Caranya?”
I : ”Ya banyak caranya,seperti program WAJAR 9 tahun,tapi sekarang harusnya WAJAR 12 tahun karena tamatan SMP sekarang sulit untuk cari kerja.”
D : ”Apakah masih ada cara lainnya?”
I : ”Masih,misalnya memberi penyuluhan diberbagai bidang.”
D : ”Kalau kenaikan harga BBM serta harga bahan-bahan pokok belakangan ini apakah pertanda bangsa Indonesia gagal menanggulangi masalah dalam negeri?”
I : ”Menurut saya sih kenaikan harga BBM bukan berarti bangsa Indonesia gagal.”
D : ”Kalau begitu kenaikan harga BBM disebabkan apa?”
I : ”Kenaikan harga BBM disebabkan naiknya harga minyak bumi tidak sesuai perkiraan sehingga APBN membengkak/defisit.”
D : ”Kalau tentang pemberian BLT apakah anda setuju?”
I : ”Saya sangat tidak setuju dengan BLT karena itu sama saja dengan mengajari rakyat Indonesia menjadi pengemis!”
D : ”Kalau begitu apakah ada jalan lain selain pemberian BLT?”
I : ”Tentu ada!
Mengajari rakyat miskin menjadi wiraswasta kan pemerintah pasti bisa,apalagi kalau dibantu modal awal.”
D : ”Terima kasih pak telah mau saya wawancarai,saya mau permisi,sudah siang.”
I : ”O ya sudah,nggak mau minum dulu,saya yang traktir deh.”
D : ”Nggak usah pak,mau saya wawancarai saja saya sudah senang."

Begitulah cuplikan wawancara saya dengan Pak Ikna,seorang wiraswastawan yang prihatin atas apa yang terjadi pada bangsa indonesia. Sebelum pulang saya diberi sebuah kalimat,yaitu;”Yang bangkit itu bangsanya bukan harga-harga!” Saya tertawa ketika mengingat kata tersebut. Mungkin benar juga apa yang dikatakan Pak Ikna.

~~~~~~~~~~

No comments:

Post a Comment